Walikota Solo Juga “Kafir”, Ahok Melulu yang Diserang, Kalian Memang Busuk

PANTURAPOS - Kalau kau anggap saya jijik dengan Jakarta, kau benar. Kalau kau anggap saya muak dengan Jakarta, kau juga benar. Kalau kau anggap saya benci dengan Jakarta, kau salah! Sebab saya tak membencinya, sebab saya jijik dan muak dengannya.

Rasa jijik dan muak ini semakin lama semakin menggunung. Khususnya, sejak Ahok diperkarakan begitu rupa dan agama dijadikan alat untuk memperkarakannya. Sesungguhnya saya tidak rela sedikit pun, agama yang saya anut ini dikangkangi begitu rupa untuk menjatuhkan, menzalimi, menghancur-leburkan pribadi seorang Ahok hanya agar Ahok tidak terpilih menjadi gubernur DKI.

Cara-cara yang amat biadab disusun dan dipakai untuk menghancurkan Ahok. Dimotori oleh FPI dan GNPF MUI, wajah Islam di Jakarta amat mengerikan. Hanya untuk mengatakan Ahok telah menista satu ayat dari al-Qur’an padahal ini hanya sebatas anggapan yang belum tentu benar sekaligus dapat dibuktikan secara akal sebagai anggapan yang keliru, justru yang kemudian diperlihatkan oleh mereka adalah penistaan-penistaan yang sadis terhadap Islam itu sendiri. Kebohongan-kebohongan tampak terang-benderang.

Mereka bohong soal aksi bela agama. Pertama, bohong dalam jumlah yang mengikuti. Kedua, bohong mengatasnamakan kaum muslim, sebab kaum muslim tidak semua sependapat dengan mereka, dan malah jumlah kaum muslim yang tidak sependapat jauh lebih banyak dari mereka.

Mereka pelintir ajaran agama untuk gerakan politik yang sarat kebencian terhadap Ahok. Gerakan itu adalah gerakan sholat subuh berjamaah. Tak ada soal tentang keharusan sholat subuh dan anjuran yang mulia untuk melaksanakan sholat subuh dengan cara berjamaah. Soalnya justru mereka gunakan ajang ibadah ini untuk meneriakkan kebencian kepada Ahok, menyeret-nyeret kaum muslim untuk membela kepentingan politiknya. Keberadaan Anies Baswedan di tengah mereka, ujaran-ujaran yang sarat kebencian dari tokoh seperti Amien Rais, dan lain-lain tak bisa ditolak sebagai fakta betapa ajaran agama yang mulia dijadikan betina yang ditunggangi demi menghancurkan Ahok!!!

Yang paling terang-benderang bagaimana Islam di Jakarta dipakai sebagai alat untuk kepentingan politik dan nafsu adalah fakta bahwa hanya Ahok-lah yang terus-menerus diserang, padahal tak sedikit di negeri ini, di daerah-daerah, yang dipimpin oleh seorang kafir dalam pengertian mereka. Salah satu misalnya adalah walikota Solo, FX. Hadi Rudyatmo.

Membandingkan Jakarta dengan Solo dalam konteks pemimpinnya seperti membandingkan air surga dengan comberan. Seperti Jakarta, mayoritas warga Solo adalah muslim. Seperti Jakarta, pemimpin Solo adalah non muslim. Tetapi lihatlah: Apakah orang-orang Solo menjerit-jerit, memaki-maki, berteriak-teriak kafir-kafir, menjual agama demi politik?

Kalau kau benar-benar meneriakkan kebenaran atas nama Islam dan Tuhan, kenapa kau haramkan muslim Jakarta memilih Ahok tetapi kau diamkan muslim Solo memilh Rudyatmo?

Mana fatwa haram-mu, syuuu?

Beranikah kau katakan bahwa kaum muslim di Solo telah khianat karena telah memilih pemimpin non muslim? Beranikah kau berteriak-teriak menyatakan bahwa kaum muslim di Solo telah menjadi orang-orang munafik sebab telah memilih pemimpin kafir? Beranikah kau bikin fatwa bahwa kaum muslim di Solo telah ingkar karena memilih pemimpin non muslim?

Seharusnya kau berani, syuuu, sebab selama ini kau mengatasnamakan kebenaran Islam melulu. Tapi mana? Kau tak berani kan? Hingga semakin jelas bahwa gerakan-gerakan keagamaanmu selama ini hanyalah palsu, hanyalah demi kepuasan nafsumu, hanyalah demi kepentingan politikmu menjadikan Anies Baswedan sebagai gubernurmu!!!

Kau petantang-petenteng ke-mana-mana memakai jubah menjeritkan agama. Dengan cara yang amat menjijikkan dan memuakkan, kau selalu berbicara dengan lidah agama, selalu berseru mengatasnamakan kaum muslim, berseru mengatasnamakan ulama.

Mana fatwa haram-mu, syuuu!!! Tentang kaum muslim Solo, ialah kaum muslim yang punya pemimpin kafir menurut otakmu itu. Berani tidak bikin fatwa seperti itu?

Hai, Din Syamsudin? Wahai Amien Rais, AA Gym, Yusuf Mansur, Tengku Zulkarnain, Habib Rizieq, Irene Handono, Arifin Ilham, Bachtiar Natsir—mana fatwa kalian tentang Solo? Mana teriakan kalian yang sangat super ketika menistakan Ahok tetapi tak terdengar suara kalian melihat “kemunafikan, kemungkaran, kesesatan” kaum muslim Solo sebab punya pemimpin kafir?

Kalau kalian tak berteriak-teriak terhadap kaum muslim Solo dan pemimpinnya yang kafir, dan hanya fokus meneriaki kaum muslim Jakarta agar tak memilih Ahok karena kafir, jelaslah di mata saya bahwa kalian semua adalah orang-orang busuk yang menggunakan agama untuk kepentingan nafsu dan politik kalian sendiri.

Akhirnya, saya terpaksa harus mengatakan seperti ini tentang Jakarta. Pertama, saya tidak pernah bisa belajar menjadi pemeluk agama yang baik dari Jakarta. Apa yang saya bayangkan tentang orang-orang sederhana, yang dengan cara sederhana menyembah Tuhan, dengan cara sederhana mengakui kelemahan dan kekurangan di hadapan Tuhan, dan dengan cara itu pemeluk agama sibuk untuk memperbaiki urusan pribadinya di hadapan Tuhan, hancur-lebur bayangan itu dikarenakan ulah para pemeluk agama (Islam) yang justru menjadikan agama sebagai betina yang ditunggangi untuk kepentingan nafsu dan politik.

Kedua, yang bisa saya pelajari dari Jakarta hanya satu: Tumpulnya nalar sehat di hadapan kepentingan politik dan nafsu. (seword)