Breaking News

Catatan Mata Najwa : Menuduh Ahok Provokator, Anies Lupa Sebagian Pendukungnya Tukang Kampanye Hitam SARA

PANTURAPOS.COM - Ada catatan menarik dalam Debat Final Ahok dengan Anies dalam Mata Najwa yang baru saja berakhir (27/3/2017). Persoalan kampanye Hitam SARA terselip di antara beberapa pertanyaan lainnya. Uniknya, Anies menuduh Ahok yang menjadi provokator memanasnya suhu Jakarta berkaitan dengan SARA. Apakah Anies lupa, bahwa sebagian pendukungnya banyak memanfaatkan isu-isu SARA untuk mendiskreditkan Ahok ?

Pilkada DKI bisa dibilang sebagai Pilkada paling brutal sepanjang sejarah Republik ini. Dikatakan brutal karena agama yang sejatinya suci dijual murah meriah untuk kepentingan kekuasaan. Bahkan, Tuhan diajak kampanye, dan orang-orang yang berkepentingan di dalamnya berlaku layaknya Tuhan, bisa menebak hati seseorang, bahkan menghukumi seseorang karena pilihan politiknya.

Ancaman-ancaman yang berdasar dalil agama diketengahkan. Mulai dari cap murtad, munafik, hingga larangan untuk mensholatkan jenazah pendukung Ahok. Nyata benar, Pilkada ini telah begitu jauh menyimpang dari sebuah pesta demokrasi menjadi kutukan bagi demokrasi itu sendiri.

Tetapi yang sungguh disayangkan adalah sosok Anies Baswedan ada dalam arus putaran ini. Sebelum Pilkada DKI, sosok Anies Baswedan adalah sosok cendekiawan muslim yang dicitrakan cerdas, berpandangan moderat, progresif, toleran dan mewarisi cita-cita Nurcholis Madjid atau Cak Nur dalam beragama dan bernegara. Banyak orang menaruh harapan kepada sosoknya. Namun, seiring berjalannya Pilkada DKI ini, di mana Anies menjadi salah satu Cagubnya, citra ini kemudian dipertanyakan dan cenderung meredup.

Beberapa peristiwa dan langkah Anies yang membuat citranya yang serba “wah” tersebut kemudian dipertanyakan. Saya akan coba telisik satu persatu. Poin pertama adalah pilihannya untuk diusung oleh Gerindra serta PKS. Pilihannya ini seakan “menjilat ludahnya sendiri.” Bukankah pada Pilpres 2014 lalu, Anies begitu kerap mengkritik Prabowo. Rekam jejaknya masih bisa kita temukan di media sosial, seperti bagaimana misalnya menjelaskan ke publik ketika Anies mengatakan pada 2014 lalu bahwa Prabowo-Hatta diusung oleh sejumlah partai politik (parpol) yang dilakoni para mafia, seperti dugaan kasus korupsi migas, haji, impor daging, Alquran, dan lumpur Lapindo ? Kata-kata Anies ini Ia sampaikan dalam konfrensi pers penyampaian program Jokowi-JK, di Hotel Holiday Inn, Bandung, Kamis (3/7/2014) lalu (republika.co.id).

Lalu kemudian, di Pilkada atau Pilgub Jakarta ini, Anies malah bergabung dengan partai-partai dan pemimpin partai yang ia kritik dengan sangat keras. Sebagai masyarakat awam, bagaimana kita bisa berpijak dengan kata-kata Anies, apakah kata-kata dahulu salah, kemudian yang kini menjadi benar atau sebaliknya, kata-kata yang dahulu benar, justru langkah Anies sekarang salah ?

Poin kedua adalah mendekatnya Anies kepada kelompok Front Pembela Islam (FPI).  Faktor kedekatan Anies dengan ormas kontroversial ini seakan berbanding terbalik dengan kata-kata yang pernah ia ucapkan sendiri pada 2014 lalu. Pada sebuah kesempatan mengkritik Prabowo, Anies mengatakan mengenai janji Prabowo yang seakan berpihak kepada heterogenitas dan pluralisme yang ada di Indonesia. “Tapi, dia justru mengakomodasi dan merangkul kelompok ekstremis seperti FPI,” sambungnya (nasional.kompas.com 29/6/2014).

Seperti pada poin pertama, dalam poin ini sungguh membingungkan masyarakat awam. Bagaimana tidak, hanya berselang tiga tahun saja, yakni 2014 Anies mengatakan FPI sebagai kelompok ekstremis, namun kini Anies malah sepemahaman dengan kelompok ini. Hal ini dibuktikan dengan kata-kata Anies sendiri pada kesempatan acara Mata Najwa (25/1/2017). Ketika sang presenter mendesak kepada Anies untuk menjawab apakah sepandangan dengan FPI mengenai Gubernur Jakarta harus orang Islam. Anies pun akhirnya mengakui dirinya sepandangan dengan FPI. “(Gubernur Jakarta harus muslim) adalah pandangan. Ini Jakarta, pemimpinnya harus mengayomi semuanya,” Kata Anies Baswedan. “Kalau di Al-Qur’an, jelas. Tapi dalam politik, kita serahkan pada rakyat. Sebagai muslim, jelas saya taat pada Al-Maidah ayat 51,” ujar Anies.

Entahlah, penulis bingung dengan langkah-langkah yang ditempuh Anies. Anies seakan-akan telah lupa kata-katanya sendiri mengenai FPI dan ormas-ormas sejenisnya, lupa dengan janjinya dengan tenun kebangsaan yang Ia gagas sendiri :

“Menjaga tenun kebangsaan dengan membangun semangat saling menghormati serta toleransi itu baik dan perlu. Di sini pendidikan berperan penting. Namun, itu semua tak cukup dan takkan pernah cukup. Menjaga tenun kebangsaan itu juga dengan menjerakan setiap perobeknya. Bangsa dan negara ini boleh pilih: menyerah atau ”bertarung” menghadapi para perobek itu. Jangan bangsa ini dan pengurus negaranya mempermalukan diri sendiri di hadapan penulis sejarah bahwa bangsa ini gagah memesona saat mendirikan negara bineka tetapi lunglai saat mempertahankan negara bineka,” tulis Anies (12/09/2012).

Poin ketiga masih berjalin erat dengan yang kedua. Isu-isu SARA diangkat habis-habisan dalam Pilkada ini. Predikat murtad, munafik hingga penolakan untuk mensholatkan jenazah para pendukung Ahok menjadi viral. Kampanye hitam ini dipelihara seiring dengan klaim-klaim keagamaan yang menganggap Ahok tak layak menjadi gubernur lantara dia seorang nonmuslim. Sayangnya, Anies yang dicitrakan sebagai seorang muslim moderat, progresif dan pernah jadi rektor termuda di Universitas Paramadina, sebuah perguruan tinggi yang digagas Cak Nur tidak banyak bersuara tentang hal ini.

Mengenai kampanye yang terbilang brutal karena memainkan SARA, posisi Anies sebagai cendekiawan muslim yang progresif justru lebih berkepentingan untuk menjawabnya. Kewajiban Anies lebih besar ketimbang Ahok, karena Ahok justru selama ini menjadi korban akibat kampanye-kampanye hitam bermuatan SARA. Maka untuk meletakkan pilkada ini pada rel yang sebenarnya, yakni adu program kerja, adu janji, isu-isu SARA mesti dihapus.

Jika Anies dan timnya mendiamkan dan membiarkan ketidakadilan ini berlangsung, maka bukan hanya nasib Jakarta yang dipertaruhkan, tapi nasib bangsa ini bisa tenggelam ke dasar samudera. Saya sebut ketidakadilan karena membiarkan isu-isu SARA dihembuskan, memang seakan-akan menguntungkan paslon nomor 3, Anies Sandi. Membiarkan dan tidak memerdulikan kampanye hitam SARA membuka jalan ke arah perpecahan bangsa yang lebih parah.


Jawaban demi jawaban Anies di Mata Najwa malam ini justru membuat saya mengernyitkan dahi. Anies menjadi sosok yang berbeda sekarang ini. Entahlah, apa yang membuatnya demikian, mungkin pembaca tahu? (seword)

3 komentar:

  1. ION-QQ POKER
    kami dari agen poker terpercaya tahun ini
    Hanya dengan deposit dan withdraw 20.000 anda sudah dapat berrmain .. di sini kami

    menyediakan 4 permainan : bandar poker , play bandarQ , play domino99 dan play

    poker .. tunggu apalagi gan ayo segera daftar kan diri anda dan menangkan ratusan

    juta rupiah | PIN BB : 58ab14f5

    BalasHapus
  2. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c.

    BalasHapus
  3. Promo www.Fanspoker.com :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup
    || bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus