Warga Indramayu Diminta Waspadai Hewan Kurban Bercacing Hati
INDRAMAYU - Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu mulai melakukan pemeriksaan hewan kurban, Rabu, 7 September 2016. Kepala Distannak Firman Muntaqo meminta masyarakat mewaspadai cacing hati yang menjangkiti hewan kurban dengan cara melihat tingkah laku dan ciri-ciri fisik yang tidak biasanya.
“Kalau hewan yang sehat kan kelihatannya segar, tenang, sorot matanya juga tajam. Lihat juga apakah ada luka luar, cacat atau bahkan pincang sebaiknya jangan dipilih. Jangan juga pilih hewan yang cairan ingusnya atau cairan matanya meler, berarti itu ada sesuatu (penyakit),” kata Firman di sela-sela pemeriksaan hewan di Desa Bojongsari Kecamatan Indramayu kemarin.
Selain dilihat kesehatannya, ia mengakui pemilihan hewan untuk momentum lebaran kurban juga harus dilihat kematangan usia hewan tersebut. Hal itu menurutnya bisa dilihat dari struktur gigi yang sudah tanggal minimal sebanyak dua gigi yang menandakan usia hewan tersebut sudah di atas dua tahun.
Pemeriksaan hewan kurban diakui kurang maksimal. Dari seluruh wilayah Kabupaten Indramayu, sebanyak 10 tim dari Distannak setempat akan disebar ke 16 titik. Firman menjelaskan pemeriksaan dilakukan dalam dua tahap yakni sebelum pemotongan di tingkat penjual dan setelah disembelih oleh masyarakat.
“Kami menyediakan tiga ribu kalung untuk hewan yang dinyatakan sehat mulai dari sapi, kambing dan domba se-Kabupaten Indramayu,” kata Firman. Ia menegaskan petugas juga akan menandai hewan yang tidak layak disembeli karena sakit dan belum cukup umurnya.
Menurut pengalamannya, kasus hewan kurban yang tidak layak konsumsi biasanya karena terjangkiti cacing hati. Hal itu diketahui petugas pada saat pemeriksaan di tempat penyembelihan hewan kurban. Bila ditemukan hati yang bercacing, Firman mengaku akan mengamankannya.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Distannak Indramayu, Dian Daju mengatakan cacing hati disebabkan oleh makanan yang diberikan pada hewan. Ia menegaskan keberadaan cacing hati yang menjangkiti hewan kurban baru bisa dilihat setelah pennyembelihan.
“Pemeriksaan antemortem itu sebelum penyembelihan mulai dari sekarang sampai menjelang lebaran kurban. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan postmortem dilakuan setelah pemotongan hewan kurban. Saat itulah kita baru bisa melihat keberadaan cacing hati,” kata Dian menjelaskan.
Dari pemeriksaan petugas dan dokter hewan dari dinas terkait. Di salah satu tempat penjualan sapi di desa Bojongsari Kecamatan Indramayu ditemukan beberapa sapi yang mengalami luka pada bagian kaki dan betisnya. Menurut penjual sapi tersebut, luka disebabkan benturan saat proses pengiriman sapi dari daerah Pati.
“Sapi tersebut bukan untuk dipotong saat lebaran kurban tapi untuk pemotongan reguler saja. Sudah kami larang untuk dijual,” kata salah seorang dokter hewan, Arundhina. Selain itu, di lokasi yang sama petugas juga menemukan sebanyak 20 ekor sapi yang belum cukup umur untuk dikurbankan.(Sumber Pikiran Rakyat)
“Kalau hewan yang sehat kan kelihatannya segar, tenang, sorot matanya juga tajam. Lihat juga apakah ada luka luar, cacat atau bahkan pincang sebaiknya jangan dipilih. Jangan juga pilih hewan yang cairan ingusnya atau cairan matanya meler, berarti itu ada sesuatu (penyakit),” kata Firman di sela-sela pemeriksaan hewan di Desa Bojongsari Kecamatan Indramayu kemarin.
Selain dilihat kesehatannya, ia mengakui pemilihan hewan untuk momentum lebaran kurban juga harus dilihat kematangan usia hewan tersebut. Hal itu menurutnya bisa dilihat dari struktur gigi yang sudah tanggal minimal sebanyak dua gigi yang menandakan usia hewan tersebut sudah di atas dua tahun.
Pemeriksaan hewan kurban diakui kurang maksimal. Dari seluruh wilayah Kabupaten Indramayu, sebanyak 10 tim dari Distannak setempat akan disebar ke 16 titik. Firman menjelaskan pemeriksaan dilakukan dalam dua tahap yakni sebelum pemotongan di tingkat penjual dan setelah disembelih oleh masyarakat.
“Kami menyediakan tiga ribu kalung untuk hewan yang dinyatakan sehat mulai dari sapi, kambing dan domba se-Kabupaten Indramayu,” kata Firman. Ia menegaskan petugas juga akan menandai hewan yang tidak layak disembeli karena sakit dan belum cukup umurnya.
Menurut pengalamannya, kasus hewan kurban yang tidak layak konsumsi biasanya karena terjangkiti cacing hati. Hal itu diketahui petugas pada saat pemeriksaan di tempat penyembelihan hewan kurban. Bila ditemukan hati yang bercacing, Firman mengaku akan mengamankannya.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Distannak Indramayu, Dian Daju mengatakan cacing hati disebabkan oleh makanan yang diberikan pada hewan. Ia menegaskan keberadaan cacing hati yang menjangkiti hewan kurban baru bisa dilihat setelah pennyembelihan.
“Pemeriksaan antemortem itu sebelum penyembelihan mulai dari sekarang sampai menjelang lebaran kurban. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan postmortem dilakuan setelah pemotongan hewan kurban. Saat itulah kita baru bisa melihat keberadaan cacing hati,” kata Dian menjelaskan.
Dari pemeriksaan petugas dan dokter hewan dari dinas terkait. Di salah satu tempat penjualan sapi di desa Bojongsari Kecamatan Indramayu ditemukan beberapa sapi yang mengalami luka pada bagian kaki dan betisnya. Menurut penjual sapi tersebut, luka disebabkan benturan saat proses pengiriman sapi dari daerah Pati.
“Sapi tersebut bukan untuk dipotong saat lebaran kurban tapi untuk pemotongan reguler saja. Sudah kami larang untuk dijual,” kata salah seorang dokter hewan, Arundhina. Selain itu, di lokasi yang sama petugas juga menemukan sebanyak 20 ekor sapi yang belum cukup umur untuk dikurbankan.(Sumber Pikiran Rakyat)
Tidak ada komentar