Breaking News

Tersangkut Isu Rohingya, Penghargaan Kemanusiaan Suu Kyi Diprotes

CAMBRIDGE – Pelajar dan kelompok Muslim memprotes terpilihnya pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi sebagai penerima “2016 Humanitarian of the Year” atau “Tokoh Kemanusiaan tahun 2016” dari Yayasan Harvard. Suu Kyi dianggap tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah penyiksaan dan penganiayaan yang diterima warga Muslim minoritas Rohingya di negaranya.

Sejak menjadi orang nomor satu di Myanmar pada April lalu, Suu Kyi banyak dikritik oleh para aktivis karena gagal membantu etnis Rohingya yang tertindas di Myanmar. Penerima Nobel perdamaian itu hanya diam, tidak berkomentar atau melakukan apa-apa meskipun penindasan terus berlanjut.

Direktur hubungan eksternal Masyarakat Islam Harvard Anwar Omeish mengatakan organisasinya merasa pemberian penghargaan kemanusiaan untuk Suu Kyi adalah sesuatu yang mengejutkan. Bahkan, beredar kabar para pelajar Muslim telah merencanakan unjuk rasa menentang keputusan ini.

Tidak hanya dari komunitas Muslim Harvard, penolakan juga datang dari organisasi kemanusiaan yang berurusan dengan masalah Rohingya, Burma Task Forces USA. Dalam laman resmi dan Facebooknya, organisasi ini mem-posting pernyataan penolakan dan memberikan daftar alasan mengapa Suu Kyi tidak pantas menerima penghargaan tersebut.

“Pesan (dari pemberian penghargaan ini) adalah institusi pendidikan kami jauh lebih peduli terhadap apa yang ditampilkan di permukaan daripada kenyataan yang kompleks. Benar, Suu Kyi berjuang untuk demokrasi dan hal itu hebat, tapi ini bukanlah penghargaan untuk demokrasi, ini adalah penghargaan kemanusiaan,” kata Direktur Hubungan Burma Task Force USA, Jennifer Sawicz, sebagaimana dilansir Asian Correspondent, Minggu (18/9/2016).

Masalah warga minoritas Muslim Rohingya telah lama menjadi isu panas di Myanmar. Mereka telah tinggal di wilayah Rakhine selama beberapa generasi namun sampai saat ini statusnya masih belum diakui sebagai warga Myanmar dan dianggap sebagai orang luar.

Setiap tahunnya, puluhan ribu warga Rohingya melarikan diri dengan menggunakan perahu ke negara-negara di Asia Tenggara untuk menghindari penindasan di Myanmar. Sebagian dari mereka meninggal di perjalanan atau menjadi korban sindikat perdagangan manusia. PBB menganggap warga Rohingya dianggap sebagai kelompok etnis paling tertindas di muka bumi.(Okezone)

Tidak ada komentar