Beasiswa Diputus, Kiki Mahasiswi Asal Indramayu Terlantar di Turki
INDRAMAYU - Seorang mahasiswi asal Desa Ujungaris Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu terlantar di Turki. Mahasiswi bernama Kiki Rifqi Istianah (21) itu dihentikan beasiswanya oleh pihak yayasan asal Turki tanpa alasan yang jelas.
Menurut kakak kandung, Aghitsny Musyarofah (23) yayasan yang memberikan beasiswa kepada adiknya itu dikabarkan bermasalah setelah kondisi keamanan negara tersebut tidak kondusif beberapa bulan terakhir. “Kuliahnya tinggal satu tahun lagi, jadi sayang kalau berhenti sekarang,” katanya, Kamis, 1 September 2016.
Aghits mengatakan adiknya mulai kuliah di jurusan teknik komputer Hacettepe University Kota Ankara Turki sejak 2012 melalui beasiswa penuh dari yayasan tersebut. Setelah diputus beasiswanya, Kiki harus menanggung biaya mencapai Rp 4,5 juta per smester di kampusnya, ditambah biaya hidup sehari-hari.
“Untuk biaya sehari-hari dia magang di perusahaan bidang komputer. Tapi dia tidak bisa membayar uang kuliahnya, katanya September 2016 harusnya sudah mulai perkuliahan baru,” kata Aghits menambahkan. Ia mengakui kondisi ekonomi keluarganya tidak bisa memenuhi kebutuhan Kiki di sana sehingga mereka pun mengusahakan bantuan ke pemerintah daerahnya.
Menurut Kiki kepada kakaknya, ia sudah berupaya meminta bantuan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Turki agar mengusahakan beasiswa. Pihak KBRI kemudian memberi rekomendasi untuk meminta beasiswa ke pihak pemerintah provinsi setempat.
Aghits mengatakan selain Kiki ada juga beberapa orang mahasiswa asal Indonesia yang mengalami nasib yang sama di Turki. “Sekarang Kiki dan lima orang temannya patungan mengontrak rumah karena rumah sebelumnya dibiayai yayasan. Tiap orang membayar Rp 2 juta untuk sewa kontrakannya,” katanya.
Beberapa hari lalu, ibu kandungnya Saerah juga sudah melapor ke Dinas Sosial Indramayu untuk meminta bantuan. Kepala Bidang Sosial di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Indramayu, Zulkarnaen mengatakan ibu kandung Kiki meminta bantuannya untuk memulangkan dari Turki.
“Ibunya khawatir karena kondisi negara Turki sedang tidak kondusif. Dia bilang minta dipulangkan tapi tidak punya biaya,” kata Zulkarnaen. Pihaknya mengaku masih mengupayakan pemulangan yang bersangkutan melalui Kementrian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Turki.
Namun, ia mengaku belum mendapatkan respon positif dari pemerintah provinsi dan pusat. Zulkarnaen menyebutkan yang bersangkutan tidak menerima beasiswa untuk biaya hidup dan biaya pendidikannya sejak sekitar dua bulan lalu.
Sementara itu, pihak keluarga yang ditemui di rumahnya mengaku khawatir dengan kondisi Kiki. Saudara-saudara dari pihak almarhum ayahnya mengakui kepintarannya di bidang akademik. Berbagai macam prestasi pernah diraihnya termasuk olimpiade matematika.
“Kiki mulai mendapatkan beasiswa sekolah sejak SMA di Bandung. Setelah itu dia juga dapat beasiswa kuliah di Turki,” kata neneknya, Kulsum yang didampingi saudara-saudara lainnya. Ia mengatakan cucunya baru dua kali pulang ke rumah sejak kuliah di sana beberapa tahun lalu. (Sumber Pikiran Rakyat)
Menurut kakak kandung, Aghitsny Musyarofah (23) yayasan yang memberikan beasiswa kepada adiknya itu dikabarkan bermasalah setelah kondisi keamanan negara tersebut tidak kondusif beberapa bulan terakhir. “Kuliahnya tinggal satu tahun lagi, jadi sayang kalau berhenti sekarang,” katanya, Kamis, 1 September 2016.
Aghits mengatakan adiknya mulai kuliah di jurusan teknik komputer Hacettepe University Kota Ankara Turki sejak 2012 melalui beasiswa penuh dari yayasan tersebut. Setelah diputus beasiswanya, Kiki harus menanggung biaya mencapai Rp 4,5 juta per smester di kampusnya, ditambah biaya hidup sehari-hari.
“Untuk biaya sehari-hari dia magang di perusahaan bidang komputer. Tapi dia tidak bisa membayar uang kuliahnya, katanya September 2016 harusnya sudah mulai perkuliahan baru,” kata Aghits menambahkan. Ia mengakui kondisi ekonomi keluarganya tidak bisa memenuhi kebutuhan Kiki di sana sehingga mereka pun mengusahakan bantuan ke pemerintah daerahnya.
Menurut Kiki kepada kakaknya, ia sudah berupaya meminta bantuan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Turki agar mengusahakan beasiswa. Pihak KBRI kemudian memberi rekomendasi untuk meminta beasiswa ke pihak pemerintah provinsi setempat.
Aghits mengatakan selain Kiki ada juga beberapa orang mahasiswa asal Indonesia yang mengalami nasib yang sama di Turki. “Sekarang Kiki dan lima orang temannya patungan mengontrak rumah karena rumah sebelumnya dibiayai yayasan. Tiap orang membayar Rp 2 juta untuk sewa kontrakannya,” katanya.
Beberapa hari lalu, ibu kandungnya Saerah juga sudah melapor ke Dinas Sosial Indramayu untuk meminta bantuan. Kepala Bidang Sosial di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Indramayu, Zulkarnaen mengatakan ibu kandung Kiki meminta bantuannya untuk memulangkan dari Turki.
“Ibunya khawatir karena kondisi negara Turki sedang tidak kondusif. Dia bilang minta dipulangkan tapi tidak punya biaya,” kata Zulkarnaen. Pihaknya mengaku masih mengupayakan pemulangan yang bersangkutan melalui Kementrian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Turki.
Namun, ia mengaku belum mendapatkan respon positif dari pemerintah provinsi dan pusat. Zulkarnaen menyebutkan yang bersangkutan tidak menerima beasiswa untuk biaya hidup dan biaya pendidikannya sejak sekitar dua bulan lalu.
Sementara itu, pihak keluarga yang ditemui di rumahnya mengaku khawatir dengan kondisi Kiki. Saudara-saudara dari pihak almarhum ayahnya mengakui kepintarannya di bidang akademik. Berbagai macam prestasi pernah diraihnya termasuk olimpiade matematika.
“Kiki mulai mendapatkan beasiswa sekolah sejak SMA di Bandung. Setelah itu dia juga dapat beasiswa kuliah di Turki,” kata neneknya, Kulsum yang didampingi saudara-saudara lainnya. Ia mengatakan cucunya baru dua kali pulang ke rumah sejak kuliah di sana beberapa tahun lalu. (Sumber Pikiran Rakyat)
Tidak ada komentar