Breaking News

Tarung dengan Gendoruwo Muka Hadi Ditonjok hingga Penyok

PANTURAPOS - HADI merupakan seorang pemuda yang gemar mencari ilmu kebatinan. Dimanapun ia mendengar ada guru yang sakti mandraguna langsung didatanginya. Ia terobsesi untuk menjadi lelaki yang memiliki banyak ilmu kedigjayaan.

“Sedari kecil saya memang senang belajar ilmu kebatinan. Rasanya bangga kalau disegani orang banyak. Orang tua saya juga dulunya senang mempelajari ilmu kebatinan, mungkin darahnya mengalir ke saya,” ujar pria asal Tuban, Jawa Timur ini kepada KC, Kamis (5/1/2017).

Berkat ketekunannya, Hadi yang berprofesi sebagai sopir barang ini kini memiliki ilmu raga runting dan bandung bondowoso. Hal teringan dari ilmu raga runting ini adalah tangannya mampu menembus batang pisang. Sedangkan bandung bondowoso, ia memiliki ribuan pengawal jin dengan berbagai bentuk dan ukuran. Namun dari ribuan jim itu, ada lima raksasa yang paling menonjol dan selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

“Suatu ketika saya pernah dihadang sejumlah preman yang rupanya ingin memalak saya. Saya nggak gentar sedikit pun. Pas mereka mulai mendekati saya, saya langsung membaca mantera, hasilnya para preman itu langsung lari kocar-kacir karena melihat ribuan jin muncul di belakang saya,” kata Hadi sambil tertawa.

Pernah juga salah seorang rekan kerjanya, bernama Marto berselisih paham dengannya. Rupanya Marto sangat kesal dengan Hadi sehingga dari kejauhan sudah berlari mendekatinya. Namun begitu hendak memukul Hadi, justru Marto yang terhempas sendiri sampai tubuhnya membentur tembok.

“Padahal saya nggak mukul dia, saya diam saja waktu dia berusaha mendekati dan memukul saya. Belum juga tangannya menghantam wajah saya, dia sudah mental sendiri sampai badannya membentur tembok. Teman-teman di kantor sampai pada bengong melihatnya,” ungkap Hadi.

Kejadian mistis lainnya adalah tatkala waktu maghrib berkumandang, Hadi baru terbangun. Ia terkejut karena tubuhnya sudah dipeluk pocong. “Tangan pocong itu melingkar di perut saya dan saya pegang ternyata benar-benar terasa seperti layaknya tangan manusia. Karena saya nggak mau konyol, akhirnya pocong itu saya hajar sampai kabur,” ujarnya.

Namun dari beragam pengalaman gaib yang dialaminya, ada satu hal yang hingga kini terus dikenangnya. Itu karena ia kalah saat melawan jin berwujud gendoruwo hingga harus terkapar dan nyaris kehilangan nyawanya.

“Waktu itu kejadiannya di kampung halaman saya di Tuban. Tepat pukul 24.00 WIB saya membonceng dua rekan naik sepeda onthel. Tiba di kebun bambu, tiba-tiba ada yang berkelebat di depan saya lalu tangan gendoruwo itu memukul rumpun bambu hingga daunnya bergerak dan batang-batangnya bergerak seperti mau roboh,” tuturnya.

Kedua teman Hadi yang merupakan satu perguruan juga menyaksikan adegan yang sama. Namun mereka menyarankan agar Hadi tidak usah meladeni gendoruwo tersebut karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Wis ora usah diladeni Had, mengko kowe iso celaka. Ben wae,” kata salah satu temannya, Joko.

Namun Hadi yang selama ini merasa mampu karena memiliki banyak ilmu tidak menggubris peringatan temannya tersebut. “Saya pikir mumpung ada lawan seimbang, kenapa harus disia-siakan,” timpal Hadi.

Akhirnya Hadi pun menantang gendoruwo tersebut berkelahi. “Heeyyy kalau kamu memang berani tunjukkan wujudmu ke saya dan kita berkelahi. Saya nggak takut sama kamu. Kalau berani, keluar dan lawan saya,” teriak Hadi.

Kedua teman Hadi hanya bisa terdiam. Wajahnya terlihat tegang dan mulai pucat, terlebih ketika gendoruwo itu menampakkan wujud aslinya di hadapan mereka.

“Kalau digambarkan, wujud gendoruwo itu sangat mengerikan. Mukanya seram, giginya bertaring, jari tangannya saja seperti pisang nangka yang besar dan panjang. Rambutnya tergerai hingga ke tanah dan tubuhnya juga tinggi besar. Tapi karena saya yakin menang, saya hadapi saja gendoruwo itu,” ucap Hadi.

Akhirnya Hadi dan gendoruwo itu pun berkelahi. Hadi mengeluarkan semua kemampuannya. Demikian pula dengan gendoruwo yang menjadi lawannya, sampai-sampai sejumlah pohon bambu bertumbangan. Perkelahian berlangsung tak lebih dari 30 menit itu dimenangkan oleh gendoruwo.

“Muka saya kena pukul sampai ambles. Kalau diibaratkan seperti mangkok, hidung, mulut, dahi dan mata saya ambles ke dalam. Saya sendiri takut waktu melihat wajah saya di cermin, rasanya seram sekali. Pantesan saja kedua teman saya langsung kabur melihat muka saya ambles dan mengira kalau saya itu sudah mati, padahal saya cuma pingsan,” terangnya.

Hadi terbangun saat fajar menyingsing. Ia merasa seluruh badannya remuk redam dan alangkah terkejutnya saat merasakan bagian wajahnya terasa panas. “Pas diraba, wajah saya kok ambles seperti mangkok. Saya kaget bukan main. Saya akhirnya pulang ke rumah dan sepanjang perjalanan warga geger karena melihat muka saya jadi aneh,” tuturnya.

Kedua orang tua Hadi, lanjut dia, juga tak kalah kaget. Bahkan ibunya sempat pingsan karena melihat wajah anaknya yang ambles, Wajah Hadi memang mengerikan setelah dihajar gendoruwo.

Hari demi hari Hadi hanya menghabiskan waktu di dalam rumah. Ia malu kepada warga karena bentuk mukanya menjadi menyeramkan. Memang ada beberapa warga yang menbesuknya untuk melihat secara langsung bentuk wajah Hadi yang ambles.

“Orang tua saya sangat panik. Saya juga sudah berusaha dibawa ke beberapa guru saya tetapi nggak ada yang sanggup. Wajah saya nggak berubah, tetap saja ambles dan saya sudah pasrah kalau memang seumur hidup saya, muka ini nggak bisa diobati,” ucapnya.

Mengemis

Satu minggu lamanya Hadi mengurung diri di dalam rumah. Ia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa. Namun di hari kedelapan Hadi bermimpi bertemu seorang kakek yang menyarankan agar ia mengemis ke tujuh rumah sebelah utara dari kediamannya, tujuh rumah sebelah barat, tujuh rumah sebelah timur dan tujuh rumah sebelah selatan. Hasilnya untuk membuat syukuran kecil-kecilan dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

“Sampai sekarang saya nggak tau siapa identitas kakek itu, dan karena mau sembuh saya menuruti perintahnya. Saya kemudian mendatangi tetangga saya itu dengan cara seperti pengemis. Saya datang meminta-minta, tetapi sepertinya tetangga saya sudah tau jadi mereka ikut membantu memberi sejumlah uang untuk syukuran. Waktu itu terkumpul hampir Rp 500.000,” jelasnya.

Setelah uang terkumpul, Hadi dibantu keluarganya membuat acara syukuran kecil-kecilan. Sisa makanan ia bagikan sendiri kepada tetangga yang membutuhkan. “Setelah ritual itu diselesaikan, muka saya belum juga kembali normal dan saya sudah bingung karena sampai makanan terakhir dibagikan, wajah saya masih ambles,” ujarnya.

Tapi ketika malam tiba dan Hadi bangun keesokan harinya, wajahnya sudah kembali normal. Dahi, mulut, hidung dan matanya sudah normal seperti semula. “Alhamdulillah, pas saya raba wajah ini normal lagi. Setelah itu saya kapok, nggak mau lagi berurusan dengan makhluk gaib dari bangsa apapun,” katanya.


KABARCIREBON.COM

Tidak ada komentar