Breaking News

Gara- gara Mengeluh Di Twitter, Sifat Kenegarawanan SBY Menurun Sedikit

JAKARTA - CICITAN Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang mengeluhkan kondisi negara dengan berita hoax dan juru fitnah menimbulkan kontroversi. Pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya Anang Sudjoko menilai hal itu membuat kenegarawanan SBY dipertanyakan.

"Dengan kata-kata itu, kemungkinan kenegarawanan dia (SBY) bisa agak menurun sedikit," kata Anang.

Anang menganggap SBY sebagai mantan presiden selama dua periode sepatutnya tidak mengungkapkan keprihatinannya dengan cicitan yang tendensius menyerang dan cenderung tidak bisa mengontrol emosi.

Hal itu bisa mengurangi kewibawaan SBY. "Perkataan SBY itu perlu dikemas dengan cara yang lebih santun," katanya.

Menurut Anang, seharusnya SBY berkomunikasi dengan makna yang implisit dan tidak menyerang secara langsung. Selain itu menyampaikan kritik harus dengan kata yang positif. Semisal mengajak masyarakat dan pemerintah untuk tidak terpancing berita hoax.

Meski demikian, sisi positif keprihatinan SBY tersebut ialah itu wujud kepedulian terhadap kondisi negara.

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai cicitan SBY itu tidak mencerminkan kapasitasnya sebagai seorang mantan presiden. Cicitan itu, imbuh Ray, merupakan luapan emosinya atas perkara yang menimpa calon wakil gubernur Sylviana Murni yang berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono di pilkada DKI Jakarta.

"Untuk ukuran selevel mantan presiden, masalahnya pada dirinya. Mantan presiden yang kini jadi ketua umum partai dan mendorong anaknya jadi calon gubernur. Sekarang suara anaknya stagnan. Pasangannya juga kena kasus dugaan dana hibah dan korupsi pembangunan masjid. Artinya semua pera-saan masuk analisis dia. Sebagai ayah, ketua partai, sehingga pandangannya tidak lagi objektif, tetapi sangat subjektif," ujar Ray.

Ray justru melihat berita bohong justru lebih banyak Jokowi yang menjadi korban jika dibandingkan dengan yang lain. Namun, Jokowi bersikap biasa saja dan baru bertindak ketika hoax sudah tidak sehat bagi bangsa ini.

"Dengan cara itu, kalau SBY sebagai mantan presiden, harusnya bisa berjarak. Problemnya SBY tdk bisa lihat objektif kondisi bangsa ini karena dia menempatkan diri sebagai aktor kecil di tengah aktor besar. Ini salah siapa? Salah dia karena sebagai ketua umum partai mencalonkan anaknya lagi."


MEDIAINDONESIA.COM

Tidak ada komentar