Breaking News

Baca...!! Inilah Sinyal Kegagalan Agus Masuk Putaran Kedua, Karena Yang Menangin Agus Cuma Survei LSI Doang

JAKARTA – Saat yang dinanti selama proses Pilkada DKI tiba, yakni hari pencoblosan yang dilakukan sejak pagi hari ini. Seluruh survei memprediksi Pilkada kali ini akan berlangsung dua putaran, sehingga orang mulai menerka-nerka, siapa bakal ucapkan wassalam terlebih dulu.

Sebelum hasil penghitungan suara oleh KPU, semua pihak yang terlibat dalam percaturan politik di Jakarta bakal harap-harap cemas mengamati hasil survei hitung cepat dari berbagai lembaga riset yang biasanya sudah mulai mendapatkan data pada pukul 13.00.

Sebelum itu, prediksi juga bisa dilakukan dengan memantau sejumlah hasil survei mutakhir. Jika dilakukan dengan metode yang tepat, terutama dalam cara pengambilan dan jumlah sampel serta pengolahan data, survei seperti ini memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.

Jika mencermati hasil dari beberapa lembaga survei terakhir, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni paling sering berada di urutan terbawah. Mari kita perhatikan beberapa hasil survei dalam seminggu ini:

1. Survei Indikator Politik Indonesia (2-8 Februari):

Agus 19,45%,
Ahok 39,04%,
Anies 35,36%.

2. LSI Denny JA (8-9 Februari):
Agus 30,9%,
Ahok 30,7%,
Anies 29,9%.

3. Survei Alvara (6-8 Februari):
Agus 20,1%
Ahok 38,3%,
Anies 32,6%.

4. Survei SMRC (3-9 Februari):
AHY 19.9%,
Ahok 39.1%
Anies 33.5%.
Tidak tahu/rahasia 7.5%.

5. Survei Poltracking (6-10 Februari):
AHY-Sylvi 23.39%
Ahok-Djarot 37.3%
Anies-Sandi 35.14%
Undecided voters 4.17%.

7. Litbang Kompas (28 Jan-4 Feb):
Agus-Sylvi 28.2
Ahok-Djarot 36.2
Anies-Sandi 28.5
Undecided voters 7.1.

9.  Indonesia Network Election Survey (2-9 Februari):
Agus-Sylvi 18.14
Ahok-Djarot 28.8
Anies-Sandi 42.86
Tidak jawab 10.2

10. Sinergi Data Indonesia  (30 Jan-5 Feb):
Agus-Sylvi 19.17
Ahok-Djarot 34.0
Anies-Sandi 20.0
Belum putuskan 28.83.

Agus Sylvi hanya unggul sangat tipis dari Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dalam hasil survei LSI Denny JA. Meskipun unggul, ada tren penurunan elektabilitas anak sulung mantan Presiden SBY itu secara berkala. Tren penurunan drastis suara Agus-Sylvi terjadi sejak Januari, terlebih setelah debat sesi pertama digelar pada 13 Januari. Bahkan, Litbang Kompas pada pada survei (28 Januari-4 Februari) mengklaim pendukung Agus hanya tersisa 62 %, mayoritas (25%) lari ke Anies-Sandi, sisanya ke Ahok (9%) dan yang lain bimbang (4%).

Agus adalah cagub yang paling berat mendapat tekanan: gagal dalam debat, Sylviana dikepung isu korupsi, dan diserang lewat bapaknya (SBY) yang gagal memainkan pencitraan lewat kasus penyadapan dan kesulitan bertemu Jokowi, serta keterlibatan sejumlah tokoh Demokrat yang menjadi menteri di era SBY dalam kasus korupsi.

Saat masa tenang, Agus kembali diserang habis-habisan lewat sejumlah foto umroh bersama beberapa ulama anti-Ahok. Terutama oleh pendukung Ahok, foto tersebut dijadikan peluru untuk menembak Agus yang dinilai membayar tokoh-tokoh agama lewat umroh dengan fasilitas kelas satu untuk memuluskan langkahnya menjadi gubernur. Sekali lagi, pencitraan model lama gagal total.

Pembaiatan pendukung Agus-Sylvi yang dipimpin oleh seorang kyai saat acara doa bersama yang digelar dengan tajuk menyatukan umat Islam di DKI Jakarta untuk mempertegas dukungan ke Agus-Sylvi pada 04 Februari pun dinilai tidak efektif. Selain cukup terlambat, cara ini juga menjadi sasaran empuk bagi kelompok liberal Muslim pendukung Ahok untuk menghantam balik. Agus benar-benar di posisi sulit, sangat berbeda saat-saat awal kemunculannya di jagat politik pascapensiun dini dari militer.

Mengacu ke pergerakan hasil survei dan sejumlah kondisi tersebut, Ahok-Sylvi memiliki kesempatan paling kecil dibandingkan calon lainnya. Di pihak lain, Ahok-Djarot dapat dikatakan paling stabil untuk lolos putaran kedua, meskipun belum tentu juara.


Di luar itu, hasil Pilkada DKI sudah dapat kita ketahui nanti sore ketika suara masuk dalam quick count sudah mencapai 80 persen—biasanya tidak akan banyak berubah sampai seluruh data terkumpul 100%. Meskipun belum final, karena harus menunggu penghitungan resmi KPU, data hitung cepat biasanya tidak meleset, kecuali memang sengaja dimanipulasi. (rimanews.com)

Tidak ada komentar