Dinas Bina Marga Indramayu, Abaikan Pengawasan Proyek Juksung
INDRAMAYU - Hasil dari pantauan dan penelusuran awak media Pantura Pos, dalam melakukan tugas jurnalisnya, selalu mengedepankan profesionalisme,agar berita tersebut dapat obyektif akurat sesuai kaidah jurnalistik dan UU PERS.
Awak media Pantura Pos, telah menemukan beberapa proyek dalam bentuk pengaspalan hotmix ,di wilayah Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu yang di alokasikan Desa Bugis, Desa Mangun jaya, Desa Bugis Tua dan Desa Anjatan.
Ke empat desa tersebut di kerjakan dalam bentuk penunjukan langsung( juksung ), dari PU bina Marga memberikan kepercayaan kepada pengesub kontraktor ( sub kon ) H. Badrudin, untuk mengerjakan proyek tersebut, dengan sumber anggaran di duga dari dana aspirasi, dengan panjang jalan yang dikerjakan rata-rata 600m, dengan bahu jalan rata- rata 3m,dalam pengerjaan ini di duga asal jadi sesuai judul dalam pemberitaan edisi 334(24/10)yang lalu.
Menurut beberapa penuturan nara sumber kepada awak media Pantura Pos “ pemborong ini dalam pengerjaannya , banyak melakukan kecurangan- kecurangan, ini akibat tidak ada pengawasan melekat ( WasKat ) dari pihak dinas Bina Marga selama berlangsungnya dalam pengerjaan, sehingga telah memberi kesempatan kepada pemborong untuk berbuat curang.
Yang bertujuan untuk meraup keuntungan yang lebih besar, tak peduli uang rakyat yang di hasilkan dari setoran pajak ,sehingga munculah pertanyaan bagi masyarakat. Apakah pihak Dinas Bina Marga main mata dengan pihak pemborong?, apakah karena dana pemangkasannya terlalu besar yang dilakukan oleh pemilik program? Sehingga dana yang di realisasikan tidak cukup kalau di kerjakan cara jujur? Hal ini telah terbukti dari awal pengerjaan seperti : tidak di pasangnya papan anggaran,ini menandakan simbol ketidak transparanan ,yang bermaksud untuk melabuhi pengawasan masyarakat ( WasMas ), ungkap sumber , sabtu (5/11).
Lanjutnya “Dalam tekhnik pengerjaanya yang kami ketahui , gelaran splite tidak maksimal, kebanyakan langsung timpa hotmix , sehingga hasilnya kelihatan tipisnya dan banyak benjolan –benjolan pada lahan yang di hotmik, kucuran aspal cair yang tidak rata/ tipis, operator mesin setum yang malas hingga menyebabkan hasil gilingan kurang maksimal.
Dampaknya ketika di gelar hotmik amparan batu splite terangkat ke atas, kemudian pengerjaan clearing dan grubbing ( pembersihan badan jalan dan lapisan tanah atas ) tidak di kerjakan , sehingga kucuran aspal cair tidak melekat karena nempel di debu atau tanah,pekerjaan stripping ( pembentukan badan jalan ) tidak di kerjakan,sehingga bentuk badan jalan rata ( tidak nonggong nangkuyah) yang menyebabkan tempat pengantongan air di kala musim hujan ,sehingga diprediksi jalan tersebut cepat rusak.Ketebalan hotmik rata –rata 0,5 cm,tidak sesuai apa yang di harapkan warga karena tipis.
Tambahnya lagi “ dari kesemuanya yang kami temukan di lapangan dalam pengerjaannya di tengarai melenceng dari bestek .Harapan kami sebagai masyarakat , kepada pejabat pembuat komitmen agar lebih selektif terhadap pemborong dan jangan asal tunjuk, bila perlu pemborong yang nakal jangan di berikan proyek lagi, karena sudah menciderai kepercayaan pemerintah daerah maupun pemerintah desa yang sudah bersusah payah dalam membuat program demi membantu masyarakat khususnya pengguna jalan supaya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang layak.tutur sumber.
Tidak ada komentar